Kenaikan harga bahan bakar minyak, krisis pemanasan global, kelangkaan energi fosil dan belakangan ini ditambah lagi ancaman resesi ekonomi, membuat industri otomotif gencar mengembangkan kendaraan listrik. Dipelopori antara lain oleh pabrikan Tesla yang sejak awal hanya membuat mobil listrik, kini hampir semua merek otomotif menawarkan model kendaraan listriknya sebagai alternatif. Pemerintah di berbagai belahan dunia juga turut memberi insentif bagi kendaraan listrik, termasuk di Indonesia.
sumber: Proyeksi Kementerian Keuangan RI, dalam seminar PEVS Gaikindo di JIExpo, Juli 2022
Selain pembeli individu, semakin banyak perusahaan atau grup-grup besar mulai memasuki ekosistem kendaraan listrik. Perusahaan transportasi Blue Bird (BIRD) telah memiliki armada 200 mobil listrik yang beroperasi di Jakarta dan Bali, dengan rencana meluncurkan tambahan mobil listrik di Semarang dan kota lainnya. Tahun ini saja, Blue Bird menganggarkan Rp32,5 miliar untuk mobil listrik.
Perkembangan pasar mobil listrik menarik minat Astra International (ASII) untuk melakukan pengembangan produksi EV, baik mobil maupun sepeda motor. Prinsipal Astra, Toyota, telah mengumumkan komitmennya untuk memasok lebih dari 30 model EV pada tahun 2030. Pada akhir tahun ini, Astra mencanangkan akan memproduksi mobil listrik hybrid pertamanya.
Transisi menuju kendaraan listrik akan memicu beberapa perubahan mendasar pada industri otomotif, baik bagi pabrikan, pemasok, jaringan penjualan dan purna jualnya. Beberapa area perubahan yang perlu mendapat perhatian para pelaku industri otomotif antara lain pada inovasi, proses, struktur, organisasi/SDM dan teknologi. Dalam hal ini kita bisa mengambil beberapa pembelajaran dari Tesla dan sejumlah pabrikan kendaraan listrik lain di belahan lain dunia, yang kami coba rangkum dalam gambar berikut.
Jika dianalisa lebih lanjut, kelima area ini pada dasarnya memerlukan teknologi sebagai akselerator perubahan. Sebagai contoh untuk mendorong Inovasi, organisasi perlu membangun wawasan baru dengan memanfaatkan teknologi maha data, yang dipadu dengan visualisasi yang memungkinkan pengambil keputusan bereksperimen dengan berbasis data, tanpa perlu menunggu waktu lama untuk melakukan riset pasar secara konvensional.
Sementara di area Proses – aplikasi yang terintegrasi memungkinkan pelanggan untuk melakukan riset tentang kendaraan yang diinginkan secara daring, lalu melakukan penjadwalan uji kendara dan pemesanan secara luring, Di area Struktur, berbagai aplikasi pendukung kolaborasi kini memungkinkan kerjasama baik internal maupun eksternal, sebagai proses pengambilan keputusan bisa berlangsung lebih cepat. Integrasi data antara pemasok dan pabrikan, maupun pabrikan dengan jaringan layanan, bisa berlangsung secara real time dengan menggunakan teknologi Internet of Things (IoT).
Organisasi dan sumberdaya manusia pun memerlukan teknologi, agar interaksi yang terbangun semakin personal sehingga kepercayaan akan semakin terbentuk. Kinerja dan talenta karyawan pun perlu terus ditingkatkan melalui aplikasi berbasis intelegensia buatan. Area Teknologi sudah pasti juga akan bertransformasi dengan perubahan peran para pabrikan dari penyedia produk menjadi penyedia jasa mobilitas (Mobility As A Service) – secara berlangganan. Kendaraan listrik nantinya tidak banyak berbeda dengan gawai kita, yang akan mendapat pembaharuan perangkat lunak secara berkala.
Namun patut diingat sebagaimana proses perubahan besar lainnya yang melibatkan berbagai organisasi, diperlukan juga manajemen perubahan yang efektif. Termasuk di dalamnya menganalisa dampak perubahan dan membuka komunikasi dengan semua pemangku kepentingan, memberikan sosialisasi dan pelatihan yang memadai, dan menyediakan organisasi pendukung selama masa transisi ini.
Bagi para pelaku industri otomotif di Indonesia, transformasi pasar menjadi mayoritas kendaraan listrik hanya masalah waktu. Bersamaan dengan itu ekspektasi para pelanggan turut bergeser, sesuai dengan tuntutan relationship economy di abad-21 ini: lebih mudah, murah, cepat (kalau bisa instan), menyenangkan dan personal. Sudah siapkah kita?